I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mikroorganisme,
seperti kelompok bakteri menarik perhatian para peneliti pada dekade terakhir ini
karena memiliki sifat-sifat fisiologis yang menarik, sebagai suatu bentuk
adaptasi terhadap faktor lingkungan.
Sifat-sifat fisiologis bakteri tersebut merupakan karakter penting dalam
menentukan jenis bakteri (Suyono, 2011). Sifat fisiologis bakteri merupakan
sifat yang berkaitan dengan fungsi sel bakteri tersebut terhadap faktor eksternal.
Secara
umum sifat fisiologis berkaitan dengan proses biokimiawi yang terjadi didalam
tubuh mahluk hidup. Proses biokimiawi terjadi didalam sel secara enzimatik atau
dengan melibatkan beberapa kerja enzim spesifik. Proses biokimiawi tersebut
dapat terjadi secara in-vitro dan memiliki hasil reaksi yang dapat teramati.
Hasil reaksi tersebut merupakan tanggapan mikroorganisme terhadap senyawa yang diujikan.
Banyak
proses biokimiawi yang terjadi pada mikroba, yang dapat di uji secara in-vitro,
salah satunya yaitu uji katalase. Uji katalase merupakan uji yang dilakukan
pada mikroba dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida (H2O2).
Uji katalase dilakukan dengan tujuan untuk melihat aktivitas katalase pada
mikroba yang diujikan. Oleh karena itu, dilakukan praktikum uji katalase pada Staphilococcus aureus, Pseudomonas
aerogenosa dan Esschericia
coli.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
metode uji katalase ?
2. Bagaimana
aktivitas mikroba terhadap uji katalase ?
C.
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui metode uji katalase.
2. Untuk
mengetahui aktivitas mikroba terhadap uji katalase.
D.
Manfaat
Praktikum
Manfaat praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Dapat
mengetahui metode uji katalase.
2. Dapat
mengetahui aktivitas mikroba terhadap uji katalase.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Uji
Katalase
Uji
katalase merupakan salah satu uji biokimia dengan menggunakan prinsip pemecahan
hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2O)
dan oksigen (O2). Hidrogen peroksida (H2O2)
merupakan hasil respirasi aerobik yang bersifat racun terhadap sel mikroba
sehingga perlu didetoksifikasi (Komala dkk., 2012). Mikroorganisme
dikatakan positif katalase, jika pada media kultur mikrobia tersebut muncul
gelembung udara (O2) (Sumarsih dkk., 2009).
Uji katalase dilakukan dengan cara satu jarum ose koloni bakteri
di ambil dari stok kultur, kemudian dioleskan pada media di kaca objek. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan jarum ose bulat. Indikator pada uji katalase yaitu
dengan timbulnya gelembung udara disekitar kultur (Pakpahan dkk., 2013).
B.
Staphylococcus aureus
Bakteri
Staphylococcus aureus merupakan agen
penyebab utama mastitis pada sapi perah maupun kambing. Selain dapat
menyebabkan kerugian ekonomi akibat turunya produksi susu, Staphylococcus aureus juga dapat menjadi faktor penyebab kematian
anak periode menyusui (Purnomo dkk, 2006). Infeksi intramammary gland pada
kambing akibat Staphylococcus aureus ini pada umumnya
bersifat subklinis (Purnomo, 2006 dalam Dewi
2013). Bakteri Staphylococcus aureus bersifat non-motil, nonspora, aerob
fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5-46 0C dan
pada pH 4,2 – 9,3 (Paryanti, 2002 dalam Dewi, 2013).
C.
Pseudomonas aerogenosa
Bakteri
Pseudomonas aerogenosa merupakan
salah jenis bakteri yang memiliki
karakteristik seperti gram negatif, berbentuk batang (bacil),
aerob obligat, motil mempunyai flagel polar. Selain itu bakteri Pseudomonas aerogenosa memiliki kemampuan untuk
mengkatalisis hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2)
dan O2, dan bersifat oksidase positif. Bakteri Pseudomonas aerogenosa bersifat nonfermeter dan
tumbuh dengan baik pada suhu 4 0C atau dibawah 43 0C dan
dapat hidup pada lingkungan tanah, tanaman dan air (Suyono, 2011).
D.
Erchericia coli
Bakteri Esschericia
coli termasuk kelompok bakteri yang digunakan
sebagai indikator adanya kontaminasi faeses. Hal ini karena Esschericia coli berasal
dari colon, tempat faeses diproduksi (Britton, 2005 dalam Haribi, 2010). Bakteri Esschericia
coli memiliki bentuk sel batang dengan
ukuran sekitar 1,1-1,5 µm, dan memiliki sifat fisiologis berupa oksidatif
negatif, katalase positif, dapat menghidrolisis urea dan lipase. Bakteri Esschericia
coli hidup pada suhu optimum 37 0C (Holt et al., 1994).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 04 Oktober 2016 pukul 13:30-15:30
WITA dan bertempat di Laboratorium Biologi Unit Mikrobiologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Bahan Praktikum
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.
Tabel
1. Bahan dan kegunaan
No.
|
Nama Bahan
|
Satuan
|
Kegunaan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
|
Isolat Esschericia coli, Pseudomonas,
dan Staphylococcus aereus
|
-
|
Sebagai isolat bakteri uji katalase
|
2.
|
Larutan H2O2
|
mL
|
Sebagai indikator uji katalase
|
3.
|
Alkohol 70%
|
mL
|
Sebagai mensterilkan tangan sebelum
bekerja
|
4.
|
Aquades
|
mL
|
Sebagai larutan pengencer
|
5.
|
Tissue
|
-
|
Sebagai pembersih alat
|
C. Alat Praktikum
Alat
yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2.
Alat dan kegunaan
No.
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
Kegunaan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
|
Pipet tetes
|
3
|
Untuk mengambil dan memindahkan larutan
|
2.
|
Ose bulat
|
3
|
Untuk mengambil dan memindahkan isolate bakteri
|
3.
|
Kaca objek
|
3
|
Meletakkan isolate bakteri
|
5.
|
Busen
|
1
|
Untuk mensterilkan ose lurus dan ose
bulat
|
5.
|
Kamera
|
3
|
Mendokumentasikan hasil pengamatan
|
6.
|
Alat tulis
|
-
|
Untuk mencatat hasil pengamatan
|
D. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan
praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.
Menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan.
b.
Mengambil
isolat bakteri menggunakan ose bulat dan meletakkannya di atas kaca objek.
c.
Meneteskan
larutan H2O2 pada isolat yang berada di atas kaca objek.
d.
Mengamati
apakah ada gelembung atau tidak.
e.
Mendokumentasikan
hasil pengamatan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel
3.Pengamatan Uji Katalase
No.
|
Isolat
|
Hasil Reaksi
|
Literatur
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1.
|
Staphylococcus aureus
|
+
|
+
|
2
|
Escherichia coli
|
+
|
+
|
3
|
Pseudomonas aerogenosa
|
+
|
+
|
B. Pembahasan
Sifat fisiologis
mikroba merupakan karakter yang dapat digunakan sebagai salah satu unit dalam
pengelompokan mikroba. Mikroba memiliki sifat fisiologis yang berbeda-beda
antara satu kelompok dengan kelompok lain. Sifat fisiologis pada mikroba dapat
diketahui dengan menggunakan beberapa uji biokimiawi, salah satunya yaitu uji
katalase.
Uji katalase merupakan
salah satu uji biokimiawi yang dilakukan secara sederhana untuk melihat
aktivitas mikroba terhadap enzim katalase. Uji katalase dilakukan dengan cara menggoreskan
koloni bateri pada gelas objek dengan menggunakan jarum ose (Pakpahan dkk,
2013). Mikroba uji dikatakan positif katalase apabila ada gelembung udara pada
sisi goresan kultur mikroba tersebut. Dewi (2013) menjelaskan bahwa pada uji
katalase, gelembung udara yang timbul merupakan gas oksigen (O2)
yang berasal dari penguraian larutan hidrogen peroksida (H2O2)
oleh enzim katalase pada mikroba tersebut. Larutan hidrogen peroksida (H2O2)
di urai karena senyawa ini bersifat racun pada bakteri yang bersifat aerob.
Uji katalase pada
praktikum ini menggunakan tiga jenis isolat bakteri yang berbeda yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aerogenosa. Hasil pengamatan
menunjukan bahwa bakteri Staphylococcus
aureus bersifat positif katalase, yang ditunjukan dengan adanya gelembung
udara pada goresan kultur di kaca objek setelah penetesan larutan hidrogen
peroksida (H2O2). Hal tersebut menunjukan bahwa bakteri Staphylococcus aureus memiliki enzim
katalase yang mampu mengkatalisis larutan hidrogen peroksida (H2O2).
Dewi (2013) menjelaskan bahwa semua galur Staphylococcus
adalah katalase positif karena kemampuannya dalam menguraikan senyawa hidrogen
peroksida (H2O2).
Hasil uji katalase pada
bakteri Escherichia coli menunjukan
bahwa bakteri tersebut memiliki aktivitas katalase. Aktivitas katalase ditandai
dengan timbulnya gelembung udara pada bakteri yang digoreskan di kaca objek
setelah pemberian larutan hidrogen peroksida (H2O2). Hal
ini menunjukan bahwa bakteri Escherichia
coli tergolong bakteri aerob, karena memiliki aktivitas katalase. Hal ini
sesuai dengan penjelasan Dewi (2013) yang mengatakan bahwa senyawa hidrogen peroksida
terbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam
lingkungan aerob pasti menguraikan senyawa tersebut.
Bakteri Pseudomonas
aerogenosa juga memiliki aktivitas katalase. Aktivitas katalase tersebut
dilihat setelah dilakukan uji katalase. Hasil pengamatan menunjukan adanya
gelembung udara pada bakteri tersebut setelah pemberian larutan hidrogen
peroksida (H2O2). Litaay (2013) menjelaskan bahwa bakteri
Pseudomonas aerogenosa memiliki
aktivitas katalase yang ditandai dengan adanya gelembung buih setelah
pemeberian hidrogen peroksida.
V.
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan
praktikum ini adalah sebagai berikut
1.
Metode uji katalase dapat dilakukan
dengan tahapan pengambilan isolat menggunakan ose bulat pada media NA (Nutrient Agar), yang telah diremajakan
sebelumnya dengan metode agar miring. Selanjutnya menggoreskan koloni isolat bakteri
tersebut di atas kaca objek dan ditetesi larutan hirogen peroksida (H2O2).
Selanjutnya melakukan pengamatan.
2.
Aktivitas mikroba terhadap uji katalase
yaitu terbentuknya gelembung udara pada goresan isolat bakteri di kaca objek
sebagai bentuk katalisis larutan hidrogen peroksida (H2O2)
menjadi air (H2O) dan oksigen (O2) oleh enzim
peroksidase.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu
diperlukan kritikan dan saran dari pihak manapun terutama dari asisten
pembimbing demi perbaikan laporan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi,
A. K., 2013, Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus
aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan
Ettawa (PE) Penderita Mastitis di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta, Jurnal Sain Veteriner, 31(2):
141-143
Haribi, R., dan Yusron, K., 2010,
Pemeriksaan Escherichia coli pada Air Bak Wudhlu 10
masjid di Kecamatan Tlogosari Semarang, Jurnal
Kesehatan, 3(1): 21-26
Holt, J. G., Krieg, N. R., Sneath, P. H.
A., Staley, J. T., dan Williams, S. T., 1994, Bergeys’s Manual Of Determinative Bacteriology Ninth Edition, United
States Of America, America.
Komala, P. S., Helard, D., dan Delimas, D., 2012, Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan pada
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet dengan Sistem Multi Soil Layering (MSL), Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND, 9(1): 74-88
Pakpahan,
M., Ekowati, C. N., dan Handayani, K., 2013, Karakterisasi
Fisiologi dan Pertumbuhan Isolat Bakteri Bacillus thuringiensis dari
Tanah Naungan di Lingkungan Universitas Lampung, Seminar Nasional Sains dan Teknologi V, Universitas Lampung,
Lampung.
Purnomo, A., Hartatik., Khusnan.,
Salasia, S. I. O., dan Soegiyono., 2016, Isolasi dan
Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing Peranakan Ettawa, Jurnal Media Kedokteran Hewan, 22(3): 142-143
Suyono, Y., dan Salahudin, F., 2011, Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri
Pseudomonas pada Tanah yang Terindikasi Terkontaminasi Logam, Jurnal Biopropal Industri, 2(1): 8-13
Pseudomonas pada Tanah yang Terindikasi Terkontaminasi Logam, Jurnal Biopropal Industri, 2(1): 8-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar